PROYEKSI AKSONOMETRI
Jumat, 26 Agustus 2011
PROYEKSI AKSONOMETRI
PROYEKSI AKSONOMETRI
Aksonometri
adalah sebuh sebutan umum untuk pandangan yang dihasilkan oleh
garis-garis proyeksi suatu benda. Dalam penggambaran ini garis-garis
pemroyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang proyeksi. Aksonometri
merupakan salah satu modifikasi penggambaran satu bentuk yang berskala.
Gambar aksonometri berguna untuk dapat lebih menjelaskan bentuk suatu
bangunan, baik itu bentuk bangunan seutuhnya, potongan bangunan yang
memperlihatkan struktur atau interiornya, detai bagian bangunan atau
sampai menunjukkan skema utilitas suatu bangunan.
Proyeksi
Aksonometri adalah proyeksi menggambar benda dengan ketentuan sudut
proyeksi dan skala pemendekan yang telah ditetapkan meliputi proyeksi
isometri, dimetri dan trimetri.
Gambar yang disajikan dalam proyeksi ortogonal hanya dapat dilihat dari satu pandangan saja, seperti yang dilihat pada gambar di bawah (gambar a).
jika benda tiga dimensi dimiringkan maka akan terlihat tiga muka secara
bersamaan, gambar yang demikian akan menyerupai bentuk aslinya (lihat
gambar b).
Gambar yang dapat dilihat tiga muka disebut gambar aksonometri. Tiga
bentuk gambar aksonometri adalah isometri, dimetri dan trimetri.
I. Proyeksi Isometri
Proyeksi
isometric merupakan proyeksi aksonometri dimana pandangan yang dipilih
dari objek diletakkan sedemikian rupa terhadap bidang proyeksi dimana
masing – masing bidang membentuk sudut 30° dan skala yang digunakan pada
setiap bidang adalah sama atau Sudut antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 1200.
Gambar sudut yang terbentuk dari sumbu proyeksi isometri
Pada
gambar di bawah (gambar a) diperlihatkan sebuah tampakan atas dan depan
dari sebuah kubus ABCDEFGH. Sisi AB, AD, AE ketiganya sama panjang dan
saling berpotongan pada sudut yang sama yaitu 120o. Pada posisi seperti itu (gambar a), ketika bidang horisontal dinaikkan sebesar 35o16’, maka dari depan akan tampak rusuk HE dan FE membentuk sudut 30o
(gambar b). Sehingga dalam penggambaran, terjadi pemendekan panjang
rusuk AE dari panjang sebenarnya dengan skala pendekatan 0,82 : 1 yang didapat dari hasil sin 54o,44’
(gambar c). Sedangkan untuk panjang rusuk AB dan AD juga terjadi
pemendekan panjang rusuk dengan skala pendekatan 0,82 : 1 yang didapat
dari cos 35o,16’. Sehingga skala perbandingan antara rusuk AB : AD : AE = 0,82 : 0,82 : 0,82 = 1 : 1 : 1.
Gambar skala pemendekan proyeksi isometri
a. Proyeksi isometri lingkaran
Contoh gambar proyeksi isometri sebuah lingkaran berdiameter 50
satuan panjang ditunjukkan pada Gambar 6. Sebuah lingkaran dapat
digambarkan dalam proyeksi isometri dengan bantuan sebuah segiempat
bujur-sangkar yang mengitarinya. Dengan offset method, dari sejumlah titik pada lingkaran dicari titik-titik bantu pada bujursangkar yang mengelilinginya.
Dengan
proyeksi isometri, sebuah lingkaran tampak sebagai sebuah ellips.
Penggambaran ellips, apabila dilakukan dengan program aplikasi komputer
semisal AutoCAD, bukan merupakan tugas yang sulit. Namun apabila
dilakukan secara manual, penggambaran ellips tidak mudah dilakukan
sehingga memerlukan suatu pendekatan
Bentuk
ellips didekati dengan empat busur lingkaran. Pertama, dibuat sebuah
bujur-sangkar abcd yang melingkupi lingkaran pada gambar tampak atas.
Selanjutnya, proyeksi isometri bujur-sangkar ini dengan mudah dapat
dibuat. Dari titik sudut A, ditarik garis lurus ke titik 3 (titik tengah
BC); garis ini memotong diagonal BD di titik Bc. Jarak Bc3 akan sama
dengan jarak Bc1. Dengan cara yang sama, dapat ditarik garis A5 yang memotong BD di titik Dc, sehingga ditemukan Dc5 yang jaraknya sama dengan jarak Dc7. Dengan titik pusat A, dibuat busur lingkaran 345 dengan radius A3 = A4 = A5. Selanjutnya, dengan titik pusat Bc, dibuat busur lingkaran 123 dengan radius Bc1 = Bc2 = Bc3. Kedua busur lingkaran tersebut membentuk separuh ellips. Paruh ellips yang lain dapat dibuat dengan mudah mengikuti langkah-langkah yang sama.
b. Proyeksi isometri bola
Contoh gambar proyeksi isometri sebuah bola berdiameter 50 satuan panjang yang diletakkan di atas bidang horizontal ditunjukkan pada Gambar di bawah.
Ambil
potongan melintang vertikal melalui titik pusat bola. Bentuk potongan
adalah lingkaran berdiameter sama dengan diameter bola. Proyeksi
isometri lingkaran ini adalah ellips, yaitu ellips 2 dan 3 berpusat di
titik P, yang masing-masing digambarkan pada dua bidang isometri
vertikal yang berbeda. Panjang sumbu utama kedua ellips adalah sama dengan diameter lingkaran. Jarak dari pusat ellips P ke titik Q adalah sama dengan radius isometrik bola.
Sekali lagi, ambil potongan melintang melalui titik pusat bola, namun
kali ini melalui bidang horizontal. Bentuk potongan adalah lingkaran
berdiameter sama dengan diameter bola. Proyeksi isometri lingkaran ini
adalah ellips 1 yang berpusat di titik P dan berada pada bidang
horizontal. Panjang sumbu utama ellips ini adalah juga sama dengan
diameter bola.
Tampak bahwa pada proyeksi isometri, jarak setiap titik pada permukaan bola dari titik pusat bola adalah sama dengan radius.
II. Proyeksi Dimetri
Proyeksi Dimetri merupakan bagian dari proyeksi aksonometri. Untuk memperjelas ruang lingkup proyeksi isometri siswa harus memahami aturan
yang ada misalnya sudut proyeksi dan skala pemendekan. Proyeksi Dimetri
artinya skala pemendekan untuk kedua sumbu adalah sama, sedangkan sudut
proyeksi boleh sama atau berbeda.
Gambar : Kemiringan yang berbeda
Sebuah
benda digambarkan ke dalam proyeksi isometri kadangkadang sering
didapatkan beberapa buah garis menjadi berimpit atau beberapa buah
bidang sering diproyeksikan sebagai garis lurus, sehingga bentuk
keseluruhan dari benda tersebut menjadi tidak jelas, maka untuk
mengatasi hal tersebut benda tesebut bisa digambarkan kedalam bentuk
proyeksi dimetri seperti gambar di atas.
Tabel di bawah
menunjukan sudut proyeksi dan skala perpendekan untuk proyeksi Dimetri.
Aturan yang mendasar untuk Proyeksi Dimetri adalah terdapat skala
pemendekan yang sama terhadap dua sumbu dan/atau dua sudut. Jadi untuk
proyeksi Isometri bisa dikatakan proyeksi dimetri karena telah memenuhi
syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk dua sumbu dan dua sudut
proyeksi yang sama.
Tabel 2. Sudut proyeksi dan skala perpendekan
Cara Proyeksi
|
Sudut proyeksi (0)
|
Skala perpendekan
| |||
a
|
b
|
Sumbu X
|
Sumbu Y
|
Sumbu Z
| |
Proyeksi Dimetri
|
15
|
15
|
73
|
73
|
96
|
35
|
35
|
86
|
86
|
71
| |
40
|
10
|
54
|
92
|
92
|
III. Proyeksi Trimetri
Proyeksi
trimetri adalah proyeksi dengan skala pendekatan tiga sisi dan tiga
sudut tidak sama. Proyeksi ini dapat dilihat pada gambar di bawah.
Cara
|
Sudut proyeksi (0)
|
Skala perpendekan
| |||
Proyeksi
|
a
|
b
|
Sumbu X
|
Sumbu Y
|
Sumbu Z
|
|
20
|
10
|
64
|
83
|
97
|
|
30
|
15
|
65
|
86
|
92
|
Proyesi
|
30
|
20
|
72
|
83
|
89
|
Trimetri
|
35
|
25
|
77
|
85
|
83
|
|
45
|
15
|
65
|
92
|
86
|
Tabel di atas
menunjukan sudut proyeksi dan skala perpendekan untuk proyeksi
Trimetri. Aturan yang mendasar untuk Proyeksi Trimetri adalah terdapat
skala pemendekan yang boleh sama / tidak sama terhadap ketiga sumbu dan/atau
dua sudut. Jadi untuk proyeksi Isometri bisa dikatakan proyeksi dimetri
karena telah memenuhi syarat terdapat skala pemendekan yang sama untuk
dua sumbu dan dua sudut proyeksi yang sama, dan juga bisa dikatakan
Proyeksi Trimetri.
IV. Proyeksi Miring / Oblique
Proyeksi
miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan garis-garis
proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi. Gambar yang dihasilkan
dengan cara ini disebut gambar proyeksi miring.
Pada
gambar proyeksi miring adalah gabungan dari gambar ortogonal dan gambar
isometri, gambar ini caranya dengan menggambar lebih dahulu tampak
depan dengan ukuran sebenarnya. Setelah itu garisgaris proyeksi dibuat
miring membentuk sudut terhadap bidang proyeksi. Peletakan benda dapat
dibuat sesukanya, tetapi biasanya yang memberikan keterangan paling
banyak dibuat sejajar dengan bidang proyeksi vertikal (tampak depan).
Dengan demikian satu sisi dibuat dengan ukuran sebenarnya seperti gambar
ortogonal.
Sudut yang menggambarkan kedalaman biasanya 300, 450 dan 600
terhadap sumbu horisontal. Sudut-sudut ini dipakai karena sudah banyak
garisan segitiga yang mempunyai sudut ini. Skala pemendekan ditentukan yaitu 1/3, ½ dan ¾ tergantung dari sudut yang dipergunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Komentar
Posting Komentar